Gerakan Tunas Bangsa
Gerakan Tunas Bangsa merupakan gerakan mentoring yang berfokus pada pembentukan karakter dan jiwa kepemimpinan melalui aktivasi nilai-nilai kebaikan dalam diri generasi muda bangsa Indonesia.
Keluarga Besar Gerakan Tunas Bangsa
Foto bersama pengurus dan mentee Gerakan Tunas Bangsa.
Mentee Gerakan Tunas Bangsa
Mentee Gerakan Tunas Bangsa adalah penerima beasiswa plus. Selain menerima beasiswa mereka juga menerima berbagai pelatihan pengembangan diri.
Mentor dan Mentee
Mentor memberi berbagai materi pengembangan diri kepada mentee
Penyerahan Beasiswa
Mentee menerima beasiswa plus.
In Class Training
Mentee menerima materi pengembangan diri yang dilakukan di dalam ruangan. Kami berkerja sama dengan sekolah mentee dalam melakukan kegiatan pelatihan.
Selasa, 19 Maret 2019
4 Cara Aktivasi Tombol Sukses
Selalu
ada yang berbeda di setiap pertemuan Gerakan Tunas Bangsa. Hari itu (Rabu, 26
Desember 2018), pelatihan kewirausahaan dilaksanakan outdoor atau di luar ruangan. Bertempat di Pondok Pesantren Entrepeneur
Al-Mawaddah Jekulo, Kudus. Saya tidak hanya ditemani kakak mentee dan mentor, melainkan
juga kedatangan tamu dari tempat yang masih terasa asing di telinga. Jumaidah
namanya, salah satu siswa Kak Suhar saat mengabdi di Bengkalis sebagai pengajar
muda bersama Indonesia mengajar.
Sekitar pukul tujuh pagi lebih dua puluh menit, saya sampai di
rumah kak Umi-salah satu mentor Gerakan Tunas Bangsa yang juga alumni pengajar
muda-. Disana kami melihat wajah asing yang rasanya baru kali ini saya temui. Kami
bersalaman dengan Midah-nama panggilan Jumaidah-. “Halo kak, nama saya Midah”. Percakapan
kami berlanjut, dan rasanya cukup panjang untuk saya ceritakan disini.
Setelah semuanya datang, kami langsung menuju lokasi pelatihan, yaitu Ponpes Entrepeneur
Al-Mawaddah dengan menggunakan angkutan. Sepanjang perjalanan, kami bercerita
tentang kesibukan masing-masing. Mulai dari persiapan UN dan SBMPTN, kesibukan
di organisasi, dan banyak hal lainnya. Disini, saya juga menanyakan berbagai
hal mengenai cerita seputar kehidupan perkuliahan bersama Kak Rusda. Kak Rusda
adalah mentee angkatan pertama yang sekarang sudah menjadi alumni dan tengah
menjalani perkuliahan di Universitas Diponegoro Semarang jurusan Budidaya Perikanan.
Sampailah kami di lokasi pelatihan. Hanya butuh sekitar 15 menit
untuk sampai di lokasi. Kami langsung disambut hangat oleh petugas, atau lebih
tepatnya salah dua santri dari Pondok Entrepeneur ini. Kami diajak untuk
melihat perkebunan buah naga. Saya lupa namanya Kak siapa, yang pasti dia
menjelaskan mengenai pengelolaan buah naga. Bukan hanya memberikan penjelasan,
beliau juga memberikan visualisasi tentang bagaimana cara menanam buah naga
yang baik dan benar. Selepas mendengarkan penjelasan mengenani pengolalan tanaman buah
naga, tibalah saatnya kami menikmati hasil dari pengolahan buah naga. Kami
disuguhi jus dan keripik buah naga. Senang rasanya, menikmati keripik manis
diiringi dengan candaan dari orang-orang humoris. Ini baru liburan bermanfaat!
Keripik habis, jus pun habis. Kami melanjutkan seminar motivasi
dari pemilik sekaligus pendiri Pondok Entrepeneur Al-Mawaddah. Sebenarnya, Apa
itu Pondok Entrepeneur Al-Mawaddah? Pondok ini didirikan oleh Bapak Sofiyan
Hadi, yang rata-rata seluruh santri dari pondok ini adalah mahasiswa yang sedang
kuliah sekaligus mendapatkan beasiswa. Para santri tidak dibebani biaya
sedikitpun untuk dapat menjadi santri di pondok ini. Bahkan, mereka juga tidak
boleh menerima uang dari orang tua. Sebab disini, mereka diajarkan untuk menjadi
seorang wirausahawan. Kurang lebihnya seperti itu.
Ada satu perkataan menarik yang diucapkan oleh Bapak Sofiyan Hadi,
“kuliah itu capek, kalo capek harusnya kita dibayar”. Sempat bingung saya
memaknainya. Kemudian beliau menjelaskan. “Jika pekerja yang merasakan capek
saja mendapatkan gaji, maka seorang mahasiswa yang merasakan kepenatan pun
harusnya dibayar”. Maksudnya disini adalah, sebisa mungkin kita dapat kuliah
melalui jalur beasiswa. Sejak S1, beliau kuliah melalui jalur beasiswa. Dan ini
yang beliau terapkan pada santri-santri di Pondok Pesantren Al-Mawaddah.
Dalam penjelasannya, beliau memberikan 4 cara sukses, atau yang
beliau sebut dengan 4 cara aktivasi tombol sukses. Keempat itu merupakan Dream, Believe, Attitude dan Action. Beliau memberikan sebuah kisah yang
sangat inspiratif bagi saya kala itu. Kisah ini diambil dari perjalanan
seseorang yang bernama Adam Kho. Siapakah dia? Dia adalah seorang pengusaha
kaya asal Singapura. Beliau adalah anak dari keluarga yang berkelimpahan
materi. Malangnya, kemampuan akademiknya kurang. Bahkan Adam Kho harus melewati
pendidikan di kelas 4 selama 4 tahun lamanya. Dengan kata lain, beliau tidak
naik kelas, empat tahun berturut-turut. Singkat cerita, beliau akhirnya lulus
SD. Orang tuanya segera mendaftarkan Adam Kho di sekolah terfavorit di Singapura.
Namun, setelah melihat laporan akademik Adam Kho, dia tidak diterima. Sudah terlalu
banyak tinta merah di rapotnya. Kemudian, orang tuanya mendaftarkan Adam Kho di
sekolah pilihan kedua, dan ditolak lagi. Begitu seterusnya hingga Adam Kho
ditolak di 6 sekolah.
Dengan berat hati orang tuanya mendaftarkan Adam Kho di sekolah
ketujuh. Di sekolah yang berada di daerah terpencil. Guru-guru dan temannya
disana sangat bahagia ketika mendengar kedatangan Adam Kho yang notabenenya adalah
anak dari keluarga berada. Beberapa hari terjalani dengan baik-baik saja,
sampai akhirnya ujian harian datang. Pada saat guru meminta kertas ujian, Adam
Kho belum menuliskan satu jawabanpun di kertas ujian. Dia berkata jika soal ini
terlalu susah untuk dirinya. Maka, sang guru mencoba untuk memberikan soal
kelas 6 SD. Adam Kho juga tidak dapat menyelesaikannya dengan mudah. Kemudian
sang guru mencoba untuk memberikan soal kelas 5 SD. Hassilnya tetap sama, Adam
Kho tidak dapat mengerjakan soal tersebut. Terpaksalah Adam Kho dikeluarkan dari sekolah tersebut.
Karena hal tersebut, ibunya sangat bersedih. Tapi Adam Kho justru bergembira
sekali.
Ditolak di tujuh sekolah, maka ibunya pun mendaftarkan Adam Kho
untuk mengikuti Training and Workshop Motivation. Waktu pelatihan
adalah dua minggu dengan biaya yang harus dikeluarkan senilai 30 juta jika
dirupiahkan. Amazing!
Isi pelatihan tersebut yang diceritakan kepada kami adalah, Adam
Kho diminta untuk berkata, “satu-satunya hal yang menghambat kesuksesan adalah
keyakinan yang salah dan perilaku negatif”. Kemudian, Adam Kho juga diminta
untuk membayangkan tokoh idolanya, sembari mengatakan, “kalau kamu bisa, aku
juga bisa. Kalau kamu berhasil, aku juga bisa berhasil. Dan kalau kamu sukses,
aku juga bisa sukses”. Kemudian Bapak Sofiyan mengajak kami untuk melakukan hal
yang sama seperti yang dilakukan Adam Kho.
Tidak terasa pelatihan Adam Kho akhirnya selesai. Adam Kho meminta
ibunya untuk kembali ke sekolah yang telah menolaknya. Kemudian, beliau masuk
ke kelas dan meminta perkenalan ulang. Adam Kho mengatakan sesuatu yang membuat
seisi ruangan terkejut, “saya Adam Kho! Teman baru kalian. Saya akan menjadi
lulusan terbaik dari SMP ini. kemudian saya akan melanjutkan pendidikan ke SMA
terbaik di negeri ini dan saya juga akan menjadi lulusan terbaik sehingga
diperebutkan oleh semua universitas. Tapi saya sudah menentukan pilihan
universitas saya, yaitu di National University of Singapore. Setelah itu saya
akan menjadi pengusaha muda yang kaya raya”.
Beliau mendeklarasikan
mimpinya dengan sangat jelas. Hingga akhirnya, apa yang Adam Kho katakan pun
menjadi kenyataan. Adam Kho telah berhasil menjadi pengusaha muda yang kaya
raya. Jelas sudah, seharusnya kita mengimani dan mengamini setiap mimpi
yang kita bangun. Kemudian berjuanglah untuk membuat mimpi tersebut menjadi kenyataan.
Dan jangan lupa berdoalah. Sebab Ridwan Kamil pun pernah berkata: “Sukses itu
60% doa dan 40% usaha. So, if you can
dream, you can do it. Sebab siapapun bisa jadi apapun.”
Sesi seminar motivasi dari Bapak Sofiyan telah usai. Kemudian, kami
berlanjut melihat dan mengamati tanaman hidroponik. Mulai dari seledri, selada,
hingga daun mint. Selepas itu, kami melakukan outbond bersama. Tidak hanya melakukan permainan yang menguji
kekompakan serta cara bekerja sama, saya juga diajarkan cara memanah. It gave me new unforgettable experience.
Meskipun panahan saya tidak berhasil mencancap, setidaknya saya dapat
melepaskan panah tersebut. Hehe.
Sesi outbond usai. Saatnya
makan siang sambil terapi ikan ditemani juga dengan minuman coklat dingin.
Hmmm, ini baru liburan bermanfaat! Ini cerita liburanku bersama Gerakan Tunas
Bangsa, mana ceritamu???
Tulisan oleh Nailis Sa’adah
[Salah satu Mentee Gerakan Tunas Bangsa]
Jumat, 15 Maret 2019
Cerita & Pengalamanku Menyiapkan Acara Gerakan Tunas Bangsa “ Melangkah Menuju Universitas Impian”
Oleh :
Annisa Himmatul Aulia
Mentee Gerakan Tunas Bangsa
Kemarin adalah hari-hari yang kunantikan. Sudah sekitar 3
bulan lamanya kami mempersiapkan untuk acara kegiatan Tunas Bangsa yang berkaitan
dengan beasiswa dan universitas. Ada senang dan juga khawatir, senang karena
akhirnya bisa bertemu dengan narasumber yang begitu hebat, beliau Kakak Galih
Adhyatama dan senang bisa bertemu lagi dengan kakak-kakak mentor dan mentee
lainnya, kekhawatirannya adalah ini kali pertama aku terlibat secara langsung
dalam mengelola acara ini. Salah satu ketakutanku adalah jika nantinya acara
ini tidak berjalan dengan maksimal. Tetapi
Alhamdulillah, berkat kerjasama kakak mentor dan mentee semua acara ini bisa
terselenggara dengan baik.
Jadi, aku mau cerita tentang kegiatan di Tunas Bangsa.
Mulai ajaran pelajaran tahun 2018/2019, atau 4 tahun
berjalannya Tunas Bangsa, dengan jumlah mentee 36, kami dibagi menjadi 5
kelompok dan aku di kelompok 3 bersama 6 mentee lainnya dan di tiap kelompok
ada PIC nya yaitu kakak mentor yang membantu kegiatan dan untuk kelompok kami
adalah kak Atika. Kami medapatkan tugas untuk menghandle acara di bulan
Februari dengan mengangkat tema kegiatan beasiswa dan universitas. Jauh-jauh
hari kami sudah mempersiapkannya yaitu disekitar bulan Desember, karena kami
tahu butuh waktu lama untuk bisa mengorganisir suata acara dan butuh persiapan
yang sangat matang. Disamping itu pula, banyak dari anggota kelompok kami yang
sudah kelas 12 dan pastinya akan sangat sibuk dengan try out dan ujian-ujian
lainnya.
Di bulan Desember kami sudah mulai mempersiapkan untuk acara
ini dengan mulai mencari narasumber dan akhirnya kami menemukannya, yaitu Kak Galih.
Beberapa hari kemudian kami mulai menghubungi kak Galih untuk menanyakan apakah
beliau bersedia untuk hadir atau tidak, awalnya aku takut untuk menghubungi Kak
Galih. Ketakutan terbesarku adalah untuk menemukan kata-kata yang pas dan cocok
untuk berkomunikasi apalagi dengan beliau seorang yang sudah berpengetahuan
tinggi (*jadi aku harus hati-hati gitu menjaga tutur kataku J heheheh). Oke, ini mungkin challenge
buat aku supaya semakin berlatih untuk menjalin komunikasi, ternyata setelah
aku menghubungi kak Galih, beliau ini sungguh sangat welcome dan dengan
demikian nggak tahu kenapa percakapanku dengan beliau seperti mengalir dengan
sendirinya (Alhamdulillah, berhasil J) dan yang paling seneng lagi
ternyata kak Galih bersedia untuk hadir nih… (seneng banget pokoknya). Setelah
itu kami pun memutuskan tanggal untuk acara ini ditanggal 24 bulan Februari
2019.
Nah sebelum berganti tahun kami sempat musyawarah kecil-kecilan
setelah kegiatan kewirausahaan di Ponpes Al Mawaddah, kami sudah memutuskan
untuk tempat dan runtutan acara nantinya diskusi-diskusi juga sudah kami
lakukan di grup, dan akhirnya diawal bulan Februari kami memutuskan untuk meet
up di Lavina (tempat tongkrongan mentee J) dan ada beberapa perubahan mulai
dari tempat, koordinasi dan lainnya. Diputuskanlah untuk acara ini diadakan di
Perpustakaan Daerah (perpusda Kudus, salah satu tempat favorit acara Tunas
Bangsa, karena bapak dan ibu pegawainya sangat welcome banget dan mungkin juga
karena tempatnya lebih mudah diakses, (nggak terlalu jauh buat semuanya,
maksudnya).
Tanggal 24 pun tiba, malamnya mungkin salah satu malam yang
membuatku sulit buat tidur karena kepikiran terus buat besok (heheh, takut
gitu, mc noob). Nah pagi harinya sesampainya di perpusda kami mulai menata
tempat, ada beberapa kendala sehingga acara yang harusnya dimulai jam 07.30
baru bisa dimulai jam 08.00. Acara dimulai seperti biasa, pembukaan,, setelah
itu menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan habis itu salah satu mentee yaitu kak Nailis
menceritakan gimana pengalamannya mengikuti SNMPTN dan setelah acara berikutnya
adalah Ice Breaking oleh Kak Achyar yang semakin memeriahkan suasana dan
mengakrabkan antara mentee dengan kakak-kakak di luar Mentee (soalnya acara ini
open public ya. untuk kali pertama aku bergabung di Gerakan Tunas Bangsa, jadi
yang bisa ikut nggak hanya dari mentee, tapi untuk umum).
Acara selanjutnya adalah acara inti yang ditunggu-tunggu oleh
narasumber kita Kak Galih Adhyatoma, darinya kami belajar banyak hal mulai dari
perjuangan beliau untuk menempuh pendidikan dari mulaian cita-cita kecilnya, lalu saat beliau dipilih
untuk mewakili sekolah dalam pertukaran pelajar dan harus belajar dengan bahasa inggris (salah
satu pelajaran yang tidak beliau sukai, yang justru membawa beliau bisa sampai
ketitik ini, *keren kan..) juga bagaimana perjuangan beliau untuk apply
beasiswa S2 keluar negeri hingga gagal sampai 18 kali dan akhirnya ke 19
kalinya beliau berhasil diterima di Universitas of Huddersfield, UK dengan
beasiswa penuh dari Pemerintahan Inggris, setelah itu beliau melanjutkan
pendidikan S3 nya di Taylor University Malaysia setelah gagal untuk ketiga
kalinya dan baru diterima saat apply ke4 kalinya. Dari cerita beliau aku
belajar bahwa Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya tapi kegagalan adalah
awal dari kesuksesan. Dari kegagalan kita bisa belajar apa kekurangan kita dan
akhirnya kita akan menaklukkannya dan mencapai kesuksesan menurut kita. Sukses
adalah saat dimana kita bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya beliau juga
berpesan pada kami semua untuk tetap menjaga dan mencintai sejarah dan budaya
kita seperti pesan presiden pertama kita “JAS MERAH” beliau juga berharap agar
kami semua tetap memiliki mimpi dan cita-cita yang tinggi sekalipun itu
terlihat mustahil, karena dengan usaha dan perjuangan yang keras tidak ada
satupun hal yang tidak mungkin ( ALLAH tidak akan merubah keadaan suatu kaum
kecuali mereka sendiri yang merubahnya, QS. Ar-Ra’d/13:11) beliau juga berharap
agar pendidikan di Indonesia akan menjadi jauh lebih baik lagi kedepannya. Amiin.
Nah setelah acara inti, acara selanjutnya adalah pemberian
kenang-kenangan kepada Kak Galih yang diberikan oleh Kak Suhar dilanjutkan
dengan foto bersama, acara berikutnya adalah ISHOMA (istirahat, sholat, makan)
disela-sela makan, kami saling bercerita pengalaman kita satu dengan lainnya
mulai dari pengalaman disekolah sampai rencana-rencana kedepannya, acara
berikutnya adalah penutupan. Nah sebelum
penutupan ada penghargaan sedikit buat kakak-kakak dari luar mentee yang sudah
meluangkan waktunya untuk hadir, senang rasanya bisa berkenalan dengan mereka
yang punya semangat besar untuk sama-sama belajar dan mulai membangun masa
depan, tetap jaga tali sialturrahmi kita ya, sering datang acara kita
berikutnya ya.
Nah akhirnya selesai juga acara kita pada hari itu, perasaan
senang karena akhirnya bisa menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya meskipun
masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki, semoga kedepannya acara Tunas
Bangsa bisa jauh lebih baik lagi dan semakin jaga kekompakan kita.
Sabtu, 09 Maret 2019
Melangkah Menuju Universitas Impian
Kegiatan
Tunas Bangsa bulan Februari sangatlah berbeda dengan kegiatan sebelumnya.
Dimana kegiatan sebelumnya identik dengan para pengisi materi yang berasal dari
mentor Tunas Bangsa itu sendiri. Untuk bulan Februari ini,kita sangatlah
beruntung karena kita kedatangan tamu yang jauh-jauh dari Jakarta untuk
membagikan pengalamannya kepada para pelajar di Kudus yang tergabung dalam
gerakan tunas bangsa ini dan para peserta kegiatan. Selain itu,untuk bulan ini
baru pertama kali Tunas Bangsa mengadakan kegiatan yang dibuka untuk umum,,sehingga
kami harus menyiapkan dengan matang karena kita tidak hanya kedatangan tamu
seorang yang sudah lulus dari universitas luar negri melainkan teman-teman luar
gerakan Tunas bangsa yang berminat mengikuti acara bertemakan beasiswa ini.
Banyak sekali pengalaman-pengalaman berharga yang dapat kami petik dari
kegiatan tunas bangsa yang bertema “ Menggapai Beasiswa “ ini. Pengalaman dalam
menyiapkan kegiatan secara baik,berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkaitan
dan pastinya ilmu yang diberikan oleh narasumber yang sangat berguna bagi kita
dalam meraih masa depan.
Narasumber
bulan februari merupakan narasumber yang sangat luar biasa,hal ini dikarenakan
prestasi-prestasi yang telah ditorehkan oleh beliau dalam bidangnnya yaitu
Akuntansi. Iya,kak Galih Adhyatomo seorang anak penyuluh kesehatan di desa yang
terdapat di Yogyakarta merupakan lulusan dari Universitas Gadjah Mada (UGM)
untuk S1,lulusan University of Huddersfiel UK untuk S2 dan yang terakhir
lulusan Taylor University Malaysia. Semua gelar yang di dapat kak galih
tersebut semuanya diraih dengan jalur beasiswa. Berulang kali kak Galih selalu
mencoba untuk mendapatkan beasiswa keluar negri, namun banyak sekali kegagalan
yang dialaminya. Hingga pada akhirnya percobaan yang ke-19 merupakan rejeki
dari kak Galih tersebut yang mengantarkannya bisa belajar di negri yang banyak
diimpi-impikan oleh banyak orang yaitu Inggris. Banyak sekali cerita menarik
yang diceritakan Kak Galih semasa ia berjuang untuk mendapatkan apa yang diinginkanya,salah
satu yang paling sangat menginspirasi yaitu latar belakang kak Galih yang
berasal dari keluarga yang notabene bukan keluarga mampu. Orang-orang yang
berada di sekitarnya sangat merendahkan akan keinginannya kuliah diluar negeri.
Bahkan
ibunya saja tidak yakin akankah bisa anaknya itu kuliah diluar negri dan sempat
menyuruhnya untuk berhenti dalam mencoba beasiswa tersebut dengan berkata “
Mbuk wes le… le…,raimu ki gak macem kuliah luar negri “ . Meskipun banyak orang
yang meremehkan kemampuan kak Galih dalam meraih cita-citanya kuliah di
Inggris,tetapi kiat gigih yang dimiliki olehnya mampu mengalahkan segala hal
yang menerpanya. Singkat cerita,kak Galih sekarang sudah bekerja di salah satu
badan akuntansi yang ada di Indonesia.
Dari
cerita diatas dapat kita ambil sebuah hikmah yaitu kita tidak bisa memilih dari
keluarga apa kita dilahirkan namun langkah hidup kedepannya ada pada tangan
kita bukan bergantung darimana kita dilahirkan. Tekad yang kuat disertai dengan
doa restu dari orang-orang terdekat yang kita sayangi menjadi pendorong kita
dalam meraih apa yang kita inginkan kedepannya. Tetap semangat para generasi
bangsa,tak usah menyerah dalam menyelami langkah karena dengan kesungguhan dan
doa semua akan menjadi Indah.
.*) Tulisan di atas adalah karya Rafi Yusnia Salim - Mentee Tunas Bangsa dari SMA 1 Kudus