Selalu
ada yang berbeda di setiap pertemuan Gerakan Tunas Bangsa. Hari itu (Rabu, 26
Desember 2018), pelatihan kewirausahaan dilaksanakan outdoor atau di luar ruangan. Bertempat di Pondok Pesantren Entrepeneur
Al-Mawaddah Jekulo, Kudus. Saya tidak hanya ditemani kakak mentee dan mentor, melainkan
juga kedatangan tamu dari tempat yang masih terasa asing di telinga. Jumaidah
namanya, salah satu siswa Kak Suhar saat mengabdi di Bengkalis sebagai pengajar
muda bersama Indonesia mengajar.
Sekitar pukul tujuh pagi lebih dua puluh menit, saya sampai di
rumah kak Umi-salah satu mentor Gerakan Tunas Bangsa yang juga alumni pengajar
muda-. Disana kami melihat wajah asing yang rasanya baru kali ini saya temui. Kami
bersalaman dengan Midah-nama panggilan Jumaidah-. “Halo kak, nama saya Midah”. Percakapan
kami berlanjut, dan rasanya cukup panjang untuk saya ceritakan disini.
Setelah semuanya datang, kami langsung menuju lokasi pelatihan, yaitu Ponpes Entrepeneur
Al-Mawaddah dengan menggunakan angkutan. Sepanjang perjalanan, kami bercerita
tentang kesibukan masing-masing. Mulai dari persiapan UN dan SBMPTN, kesibukan
di organisasi, dan banyak hal lainnya. Disini, saya juga menanyakan berbagai
hal mengenai cerita seputar kehidupan perkuliahan bersama Kak Rusda. Kak Rusda
adalah mentee angkatan pertama yang sekarang sudah menjadi alumni dan tengah
menjalani perkuliahan di Universitas Diponegoro Semarang jurusan Budidaya Perikanan.
Sampailah kami di lokasi pelatihan. Hanya butuh sekitar 15 menit
untuk sampai di lokasi. Kami langsung disambut hangat oleh petugas, atau lebih
tepatnya salah dua santri dari Pondok Entrepeneur ini. Kami diajak untuk
melihat perkebunan buah naga. Saya lupa namanya Kak siapa, yang pasti dia
menjelaskan mengenai pengelolaan buah naga. Bukan hanya memberikan penjelasan,
beliau juga memberikan visualisasi tentang bagaimana cara menanam buah naga
yang baik dan benar. Selepas mendengarkan penjelasan mengenani pengolalan tanaman buah
naga, tibalah saatnya kami menikmati hasil dari pengolahan buah naga. Kami
disuguhi jus dan keripik buah naga. Senang rasanya, menikmati keripik manis
diiringi dengan candaan dari orang-orang humoris. Ini baru liburan bermanfaat!
Keripik habis, jus pun habis. Kami melanjutkan seminar motivasi
dari pemilik sekaligus pendiri Pondok Entrepeneur Al-Mawaddah. Sebenarnya, Apa
itu Pondok Entrepeneur Al-Mawaddah? Pondok ini didirikan oleh Bapak Sofiyan
Hadi, yang rata-rata seluruh santri dari pondok ini adalah mahasiswa yang sedang
kuliah sekaligus mendapatkan beasiswa. Para santri tidak dibebani biaya
sedikitpun untuk dapat menjadi santri di pondok ini. Bahkan, mereka juga tidak
boleh menerima uang dari orang tua. Sebab disini, mereka diajarkan untuk menjadi
seorang wirausahawan. Kurang lebihnya seperti itu.
Ada satu perkataan menarik yang diucapkan oleh Bapak Sofiyan Hadi,
“kuliah itu capek, kalo capek harusnya kita dibayar”. Sempat bingung saya
memaknainya. Kemudian beliau menjelaskan. “Jika pekerja yang merasakan capek
saja mendapatkan gaji, maka seorang mahasiswa yang merasakan kepenatan pun
harusnya dibayar”. Maksudnya disini adalah, sebisa mungkin kita dapat kuliah
melalui jalur beasiswa. Sejak S1, beliau kuliah melalui jalur beasiswa. Dan ini
yang beliau terapkan pada santri-santri di Pondok Pesantren Al-Mawaddah.
Dalam penjelasannya, beliau memberikan 4 cara sukses, atau yang
beliau sebut dengan 4 cara aktivasi tombol sukses. Keempat itu merupakan Dream, Believe, Attitude dan Action. Beliau memberikan sebuah kisah yang
sangat inspiratif bagi saya kala itu. Kisah ini diambil dari perjalanan
seseorang yang bernama Adam Kho. Siapakah dia? Dia adalah seorang pengusaha
kaya asal Singapura. Beliau adalah anak dari keluarga yang berkelimpahan
materi. Malangnya, kemampuan akademiknya kurang. Bahkan Adam Kho harus melewati
pendidikan di kelas 4 selama 4 tahun lamanya. Dengan kata lain, beliau tidak
naik kelas, empat tahun berturut-turut. Singkat cerita, beliau akhirnya lulus
SD. Orang tuanya segera mendaftarkan Adam Kho di sekolah terfavorit di Singapura.
Namun, setelah melihat laporan akademik Adam Kho, dia tidak diterima. Sudah terlalu
banyak tinta merah di rapotnya. Kemudian, orang tuanya mendaftarkan Adam Kho di
sekolah pilihan kedua, dan ditolak lagi. Begitu seterusnya hingga Adam Kho
ditolak di 6 sekolah.
Dengan berat hati orang tuanya mendaftarkan Adam Kho di sekolah
ketujuh. Di sekolah yang berada di daerah terpencil. Guru-guru dan temannya
disana sangat bahagia ketika mendengar kedatangan Adam Kho yang notabenenya adalah
anak dari keluarga berada. Beberapa hari terjalani dengan baik-baik saja,
sampai akhirnya ujian harian datang. Pada saat guru meminta kertas ujian, Adam
Kho belum menuliskan satu jawabanpun di kertas ujian. Dia berkata jika soal ini
terlalu susah untuk dirinya. Maka, sang guru mencoba untuk memberikan soal
kelas 6 SD. Adam Kho juga tidak dapat menyelesaikannya dengan mudah. Kemudian
sang guru mencoba untuk memberikan soal kelas 5 SD. Hassilnya tetap sama, Adam
Kho tidak dapat mengerjakan soal tersebut. Terpaksalah Adam Kho dikeluarkan dari sekolah tersebut.
Karena hal tersebut, ibunya sangat bersedih. Tapi Adam Kho justru bergembira
sekali.
Ditolak di tujuh sekolah, maka ibunya pun mendaftarkan Adam Kho
untuk mengikuti Training and Workshop Motivation. Waktu pelatihan
adalah dua minggu dengan biaya yang harus dikeluarkan senilai 30 juta jika
dirupiahkan. Amazing!
Isi pelatihan tersebut yang diceritakan kepada kami adalah, Adam
Kho diminta untuk berkata, “satu-satunya hal yang menghambat kesuksesan adalah
keyakinan yang salah dan perilaku negatif”. Kemudian, Adam Kho juga diminta
untuk membayangkan tokoh idolanya, sembari mengatakan, “kalau kamu bisa, aku
juga bisa. Kalau kamu berhasil, aku juga bisa berhasil. Dan kalau kamu sukses,
aku juga bisa sukses”. Kemudian Bapak Sofiyan mengajak kami untuk melakukan hal
yang sama seperti yang dilakukan Adam Kho.
Tidak terasa pelatihan Adam Kho akhirnya selesai. Adam Kho meminta
ibunya untuk kembali ke sekolah yang telah menolaknya. Kemudian, beliau masuk
ke kelas dan meminta perkenalan ulang. Adam Kho mengatakan sesuatu yang membuat
seisi ruangan terkejut, “saya Adam Kho! Teman baru kalian. Saya akan menjadi
lulusan terbaik dari SMP ini. kemudian saya akan melanjutkan pendidikan ke SMA
terbaik di negeri ini dan saya juga akan menjadi lulusan terbaik sehingga
diperebutkan oleh semua universitas. Tapi saya sudah menentukan pilihan
universitas saya, yaitu di National University of Singapore. Setelah itu saya
akan menjadi pengusaha muda yang kaya raya”.
Beliau mendeklarasikan
mimpinya dengan sangat jelas. Hingga akhirnya, apa yang Adam Kho katakan pun
menjadi kenyataan. Adam Kho telah berhasil menjadi pengusaha muda yang kaya
raya. Jelas sudah, seharusnya kita mengimani dan mengamini setiap mimpi
yang kita bangun. Kemudian berjuanglah untuk membuat mimpi tersebut menjadi kenyataan.
Dan jangan lupa berdoalah. Sebab Ridwan Kamil pun pernah berkata: “Sukses itu
60% doa dan 40% usaha. So, if you can
dream, you can do it. Sebab siapapun bisa jadi apapun.”
Sesi seminar motivasi dari Bapak Sofiyan telah usai. Kemudian, kami
berlanjut melihat dan mengamati tanaman hidroponik. Mulai dari seledri, selada,
hingga daun mint. Selepas itu, kami melakukan outbond bersama. Tidak hanya melakukan permainan yang menguji
kekompakan serta cara bekerja sama, saya juga diajarkan cara memanah. It gave me new unforgettable experience.
Meskipun panahan saya tidak berhasil mencancap, setidaknya saya dapat
melepaskan panah tersebut. Hehe.
Sesi outbond usai. Saatnya
makan siang sambil terapi ikan ditemani juga dengan minuman coklat dingin.
Hmmm, ini baru liburan bermanfaat! Ini cerita liburanku bersama Gerakan Tunas
Bangsa, mana ceritamu???
Tulisan oleh Nailis Sa’adah
[Salah satu Mentee Gerakan Tunas Bangsa]
0 komentar:
Posting Komentar